TIMES BANDUNG, BANDUNG BARAT – Jumlah korban dugaan keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terus bertambah. Hingga Kamis (25/9/2025) pukul 12.00 WIB, tercatat 192 siswa dari empat sekolah mengalami gejala keracunan.
Kepala Puskesmas Cihampelas, Edah Jubaedah, menjelaskan bahwa dari total kasus, 113 siswa telah dipulangkan, sementara 79 lainnya masih mendapat perawatan di posko darurat maupun sejumlah rumah sakit rujukan.
“Sejak pagi masih berdatangan pasien baru. Meski jumlah mulai melandai, kami tetap siaga di posko,” ungkap Edah di GOR Desa Mekarmukti, Kamis (25/9/2025).
Sekolah Terdampak
SMKN 1 Cihampelas : 176 siswa
MA Al Muhtariah Mande : 7 siswa
MTs Al Muhtariah Mande : 8 siswa
SDN 1 Cihampelas : 1 siswa
Total kasus: 192 siswa
Gejala Bervariasi
Para siswa mengalami gejala berbeda mulai dari mual (99 siswa), pusing (110 siswa), muntah (20 siswa), hingga sesak napas (18 siswa). Beberapa bahkan sempat mengalami kejang dan kram sehingga harus dirujuk ke RSUD Cililin, RS Dustira, RS Kharisma Cimareme, hingga sejumlah klinik swasta.
Penyebab Masih Misterius
Hingga kini, penyebab pasti keracunan belum bisa dipastikan. Sampel makanan MBG telah dikirim ke Labkesda Pemkab Bandung Barat dan hasilnya baru akan keluar 14 hari mendatang.
“Memang ada laporan dari siswa dan guru bahwa makanan sempat berbau dan wadah penyimpanan kurang bersih. Tetapi, kami menunggu hasil resmi laboratorium,” jelas Edah saat ditemui dilokasi posko darurat utama di gor Desa Mekarmukti, Kecamatan Cihampelas, Bandung Barat, Kamis, 25 September 2025.
Trauma Siswa dan Evaluasi MBG
Kasus keracunan ini menimbulkan trauma mendalam. Banyak siswa enggan kembali menyantap menu MBG. Sebagai langkah antisipasi, Badan Gizi Nasional (BGN) mengganti menu MBG sementara dengan makanan kering seperti biskuit, buah, dan susu.
Meski demikian, Edah menegaskan perlunya evaluasi ketat terhadap dapur MBG terkait kebersihan, pengemasan, distribusi, hingga variasi menu.
Pengawasan SPPG Dipertanyakan
Kepala Desa Mekarmukti, Andriawan Burhanudin, mengaku prihatin dengan lemahnya pengawasan dari pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab atas program MBG.
“Miris melihat kondisi ini. Ada dua dapur MBG di Mekarmukti, termasuk dapur bermasalah yang menyebabkan keracunan. Pemerintah desa akan lakukan monitoring ketat ke sekolah penerima MBG,” tegas Andriawan.
Ia juga menyinggung video viral belatung di makanan MBG yang sebelumnya direkam seorang guru SMKN 1 Cihampelas. “Kejadian itu sudah cukup memperlihatkan lemahnya pengawasan. Pemerintah desa hanya bisa memantau, sementara distribusi ada di BGN,” tambahnya.
Arahan Pemkab Bandung Barat
Wakil Bupati Bandung Barat, Asep Ismail, bersama jajaran SKPD telah menginstruksikan evaluasi menyeluruh terhadap MBG. Beberapa dapur ditutup sementara, dan pekerja diliburkan hingga ada keputusan lebih lanjut.
“Kami kecewa. Pengawasan seharusnya dilakukan ketat oleh BGN, bukan dilepaskan begitu saja. Akibat lemahnya kontrol, ratusan siswa jadi korban,” pungkas Andriawan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Keracunan MBG di Cihampelas KBB Capai 192 Siswa, Pengawasan SPPG Dinilai Buruk
Pewarta | : Deni Supriatna |
Editor | : Deasy Mayasari |