TIMES BANDUNG, BANDUNG – Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan keberhasilan tim ekskavasi menemukan fosil gajah purba (Stegodon trigonocephalus) di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dengan tingkat kelengkapan bagian tubuh mencapai 70 persen adalah hal yang istimewa.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid di Bandung, Jumat, mengatakan temuan di Dusun Tritik, Kecamatan Rejoso, tersebut terbilang istimewa karena jarang sekali ditemukan fosil dalam kondisi satu individu yang hampir utuh dalam satu situs penggalian.
"Ekskavasi yang dilakukan pada 2025 ini berhasil menyingkap situs dengan fosil yang cukup lengkap dan ini istimewa. Dari hasil identifikasi awal, kerangka ini memiliki dimensi panjang empat meter dan tinggi tiga meter," ujar Wafid.
Wafid menjelaskan bahwa proses penemuan ini bermula dari korespondensi Pemerintah Kabupaten Nganjuk pada 2023, yang kemudian ditindaklanjuti dengan survei lapangan pada 2024 oleh tim Museum Geologi.
Berdasarkan analisis fisik, gajah purba tersebut diperkirakan berusia 800 ribu tahun.
Kemudian kondisi geraham yang sudah mengalami keausan penuh, menandakan bahwa fosil tersebut merupakan individu dewasa saat mati.
Lebih lanjut, Wafid menekankan bahwa penemuan ini membuka peluang besar adanya temuan lanjutan yang signifikan di kawasan tersebut.
Pasalnya, litologi di kawasan perbukitan zona Kendeng yang didominasi oleh batuan napal dan lempung (clay) merupakan lingkungan yang sangat potensial untuk pengawetan fosil.
"Meskipun baru satu fosil besar yang ditemukan, probabilitas adanya temuan lain sangat tinggi. Situs ini bisa jadi merupakan habitat purba yang menyimpan lebih banyak jejak kehidupan masa lampau," kata Wafid.
Penemuan di Nganjuk ini menambah daftar panjang jejak fauna purba di Pulau Jawa, melengkapi temuan sebelumnya di Blora dan sepanjang aliran Bengawan Solo.
Hal ini dinilai memperkaya pemahaman ilmiah mengenai ekologi dan migrasi fauna di Dataran Sunda pada masa Pleistosen.
Terkait tindak lanjut temuan, Wafid menyatakan fosil tersebut akan segera ditangani Museum Geologi Bandung untuk proses konservasi dan rekonstruksi.
"Proses ini diperkirakan memakan waktu delapan hingga sembilan bulan. Setelah rekonstruksi selesai, fosil ini rencananya akan kami pamerkan sebagai bagian dari edukasi publik," katanya menambahkan.(*)
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |