TIMES BANDUNG, BANDUNG – Badan Geologi Kementerian ESDM mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai ancaman bencana susulan berupa aliran lahar dingin Gunung Semeru. Peringatan ini disampaikan menyusul tingginya intensitas hujan dalam dua hari terakhir di kawasan sekitar gunung berapi tersebut.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Priatin Hadi Wijaya, di Bandung pada Jumat (21/11/2025) mengungkapkan kekhawatirannya. "Yang kami khawatirkan saat ini adalah potensi bencana kedua. Erupsi masih terjadi 36 hingga 45 kali dalam 12 jam, yang berarti material vulkanik terus menumpuk di sekitar kawah dan berpotensi jadi banjir lahar dingin," ujarnya.

Mekanisme Terbentuknya Lahar Dingin

Hadi menjelaskan bahwa tumpukan material vulkanik hasil erupsi berpotensi besar berubah menjadi lahar dingin ketika bercampur dengan air hujan. Berdasarkan pantauan PVMBG, curah hujan di kawasan puncak dan lereng Semeru cukup tinggi selama dua hari terakhir, sehingga meningkatkan risiko material vulkanik tersebut turun ke daerah aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru.

Langkah Antisipasi dan Rekomendasi

Sebagai langkah antisipasi, PVMBG telah menetapkan sejumlah rekomendasi keamanan:

• Tidak ada aktivitas masyarakat, termasuk penambang pasir, dalam radius 20 kilometer dari arah sektoral tenggara ke selatan

• Area sterilisasi sejauh 8 kilometer dari puncak untuk segala aktivitas

• Menghindari risiko lontaran batu pijar yang masih mungkin terjadi

Hingga saat ini, status Gunung Semeru masih berada pada Level IV (Awas). Masyarakat diimbau untuk terus memantau perkembangan informasi dari pihak berwenang dan menghindari daerah-daerah yang berpotensi terdampak aliran lahar dingin, terutama di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru. (*)