TIMES BANDUNG, SURABAYA – Pameran seni rupa ARTSUBS tahun 2025 tidak seperti pada tahun sebelumnya. Pertunjukan seni kontemporer ini mulai diperkenalkan secara terbuka pada publik Surabaya, seolah memberi ruang baru bagi pertunjukan seni tradisonal dan musik dalam tajuk SUBS Perfomance.
Sebagai satu kegiatan yang inklusif yang terbuka bagi dunia seni, Semi Ikra Anggara selaku Event Director ARTSUBS mengatakan, ingin memperluas spektrum sebagai perayaan.
Seni pertunjukan dalam bentuk kontemporer kemudian ditawarkan masuk dalam kegiatan ARTSUBS.
Semi Ikrar Anggara, Event Director ARTSUBS, Minggu (10/8/2025).(FOTO: Hamida Soetadji/TIMES Indonesia)
“Tahun ada lembaga yang ingin kerja sama dengan kita, gagasan pertunjukan dalam bentuk kontemporer kami sampaikan. Kemudian Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI senang sekali dengan gagasan yang kita sampaikan,” ujarnya, Minggu (10/8/2025).
Semi berharap, ARTSUBS mempunyai spektrum yang lebih luas terhadap penonton di Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya.
Gagasan yang disambut oleh BPK wilayah XI Jatim, menghasilkan pertunjukan seni kontemporer yang luar biasa. Menampilkan music kontemporer dari composer Joko Porong dan Sangga Tari Topeng Asmorobangun dari Malang.
Publikasi yang singkat, tidak menyurutkan warga Surabaya bahkan dari luar kota Surabaya menyaksikan pertunjukan dua kesenian yang berbeda.
“Dalam publikasi yang sangat singkat, kita mendapatkan 500 penonton. Dan banyak sekali penonton dari kalangan anak-anak muda, mereka bisa belajar dari apa yang kita tampilkan. Dan ini bisa menjadi platform yang reguler di ARTSUBS,” kata pria yang berkacamata ini.
Tidak hanya sekedar pertunjukan, ARTSUBS mampu mengedukasi generasi milenial di tampilan seni kontemporer yang tradisi, sehingga generasi milenial lebih paham lagi dengan kebudayaan yang dimiliki Indonesia.
“Kita sadari kenapa kita mempertemukan seni kontemporer yang sekaligus yang tradisi yang heritage sehingga para generasi muda bisa melihat kita ini darimana dan mempunyai kekayaan apa dalam tanda kutip akar kita,” tuturnya.
Kebudayaan kontemporer selalu bergerak dan dinamis, seperti penampilan Tari Topeng Malang sangat hybrid dengan kebudayaan yang campur. Begitu pula dengan musik “REK” Joko Porong yang menampilkan lintas kebudayaan.
“Dalam tampilan Tari Topeng Malang yang bercampur kebudayaan dan musik kontemporer Joko Porong yang asyik masuk lintas kebudayaan. Dan kebudayaan kontemporer selalu bergerak dan dinamis,” ujarnya.
Dalam SUBS Performance 2025 tidak ada kurasi yang ketat. Semi mengungkapkan, setidaknya dipilih karya terbaik yang dapat menginspirasi penonton dan visinya sama dengan ARTSUBS. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Memahami Seni Kebudayaan Kontemporer, Bergerak dan Dinamis
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Ronny Wicaksono |