TIMES BANDUNG, BANDUNG – Di Bandung, sebuah pertemuan sederhana di dapur umum Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) justru menghadirkan semangat kolaborasi besar untuk negeri. Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono, bersama Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, dan Komandan Lanud Husein Sastranegara, Kolonel Nav Irman Fathurrahman, menyatukan pandangan tentang pentingnya gizi masyarakat sekaligus pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Momentum ini bukan sekadar pertemuan seremonial, melainkan ikhtiar nyata agar program pemerintah benar-benar sampai ke warga dengan manfaat yang terasa.
Wakil Menteri Diaz menegaskan komitmen Kementerian Lingkungan Hidup mendukung program Presiden melalui SPPG. Baginya, dapur umum bukan hanya ruang memasak, tetapi juga titik awal membangun kesadaran pengelolaan sampah.
Di dua dapur SPPG di kawasan Bandung dan Cicendo, yang melayani hampir delapan ribu penerima manfaat, Diaz melihat langsung bagaimana pengelolaan sampah organik mulai diterapkan. Ia menyebut adanya penangkap sisa makanan dan pengolahan bertahap hingga air sisa menjadi lebih bersih. Langkah ini dinilainya sebagai inisiatif cerdas yang patut diperkuat dengan pendampingan lebih sistematis.
Kementerian Lingkungan Hidup, kata Diaz, telah menyiapkan dukungan berupa komposter yang bisa langsung digunakan oleh dapur SPPG. Dengan komposter, sampah organik yang telah dipilah dapat terurai menjadi kompos, sementara air lindi yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman. Baginya, memilah sampah sejak dari dapur adalah langkah awal yang sangat baik. “Kalau sudah dipilah, tinggal dimasukkan ke komposter, didiamkan beberapa waktu, dan nanti turun sendiri. Hasilnya bisa bermanfaat kembali untuk lingkungan,” ujarnya.
Ia menambahkan, meski penyebarannya masih menunggu kesiapan anggaran, kementerian siap mendampingi agar setiap dapur SPPG dapat memiliki perangkat pengelolaan sampah yang memadai, Selasa (23/09/2025).
Di sisi lain, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyoroti distribusi manfaat program gizi yang kini semakin merata. Menurutnya, di Kota Bandung bantuan tidak hanya menyasar sekolah, tetapi juga warga di tingkat RW, termasuk ibu hamil dan menyusui. Farhan menyebut distribusi makanan bergizi melalui MBG sudah berjalan, sehingga masyarakat yang membutuhkan bisa langsung merasakannya. “Distribusinya sudah mulai merata.
Tinggal menunggu kelanjutan agar penerima manfaat di Kota Bandung bisa terus diperluas,” katanya. Ucapan itu menggambarkan komitmen pemerintah daerah untuk memastikan bahwa setiap lapisan masyarakat memperoleh hak yang sama dalam program peningkatan gizi.
Komandan Lanud Husein Sastranegara, Kolonel Nav Irman Fathurrahman, memberi penekanan pada aspek kualitas. Ia menegaskan pentingnya memastikan makanan yang disalurkan kepada masyarakat benar-benar bersih, segar, dan layak konsumsi.
Menurutnya, dukungan TNI Angkatan Udara terhadap program pemerintah ini merupakan bagian dari tanggung jawab menjaga kesehatan masyarakat. “Kami pastikan makanan ini diterima dalam keadaan baik, sehingga tidak ada lagi nilai kurang gizi bagi masyarakat,” tegasnya. Ucapannya menegaskan bahwa kolaborasi lintas lembaga bukan hanya soal administrasi, tetapi menyentuh langsung pada kebutuhan dasar warga.
Pertemuan di Bandung ini menunjukkan sebuah pola baru kolaborasi: gizi dan lingkungan dipadukan dalam satu napas kerja. Pengelolaan makanan sehat tidak bisa dilepaskan dari pengelolaan sampah yang baik. Ketika dapur umum mampu menghasilkan makanan bergizi sekaligus mengolah limbahnya menjadi kompos bermanfaat, maka dua tujuan besar tercapai sekaligus, yakni kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Pesan ini relevan, mengingat isu gizi buruk dan sampah masih menjadi tantangan serius di banyak daerah.
Di balik angka-angka penerima manfaat yang mencapai ribuan, tersimpan harapan agar kolaborasi ini bisa ditiru di daerah lain. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan aparat militer menunjukkan teladan bahwa kerja sama lintas sektor mampu memberikan dampak nyata. Dari penyediaan gizi hingga pengelolaan limbah, setiap langkah kecil yang dilakukan di dapur SPPG akan berkontribusi pada cita-cita besar membangun masyarakat yang sehat, mandiri, dan peduli lingkungan.
Kehadiran komposter di dapur umum mungkin terlihat sederhana, tetapi di dalamnya terkandung filosofi penting: tidak ada yang terbuang percuma. Sisa makanan yang biasanya menjadi sampah kini bertransformasi menjadi sumber daya baru.
Di sinilah letak jurnalistik positif dari peristiwa ini, bahwa upaya menjaga gizi dan mengelola lingkungan ternyata bisa berjalan beriringan, saling menguatkan, dan memberi inspirasi. Bandung sekali lagi menunjukkan dirinya sebagai kota yang terus berinovasi, bukan hanya dalam teknologi dan kreativitas, tetapi juga dalam urusan paling mendasar: makanan sehat dan lingkungan bersih.(*)
Pewarta | : Djarot Mediandoko |
Editor | : Faizal R Arief |