TIMES BANDUNG, BANDUNG – Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat kerentanan bencana tertinggi di dunia. Menyadari pentingnya hal tersebut, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung menggelar kegiatan Simulasi Sekolah Rakyat Aman Bencana (SRAB) di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 14 Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Kegiatan ini melibatkan ratusan siswa, guru, dan unsur lintas sektor seperti BPBD, Basarnas, PMI, Koramil, Kepolisian, hingga Puskesmas.
Kepala BBPPKS Bandung, Drs. Iyan Kusmadiana, MPS.Sp, menjelaskan bahwa simulasi ini merupakan bagian dari penyusunan pedoman pelaksanaan SRAB, yang menjadi panduan penting bagi sekolah-sekolah di wilayah rawan bencana.
“Simulasi ini penting untuk menguji SOP yang sudah disusun dan memperbaiki kekurangannya. Lembang memiliki potensi bencana seperti patahan Lembang dan erupsi Gunung Tangkuban Parahu, sehingga kegiatan seperti ini sangat relevan dan dibutuhkan,” ujar Iyan, Rabu (5/11/2025)
Pedoman SRAB sendiri memuat 10 langkah penanggulangan bencana, di mana tiga poin utama yang segera dilaksanakan mencakup pembentukan tim siaga, penyusunan prosedur operasional standar (SOP), dan pelaksanaan simulasi lapangan.
Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), Dr. Alvianto Amri, menegaskan bahwa pedoman SRAB harus disesuaikan dengan potensi bencana di setiap daerah.
“Lembang memiliki karakteristik bencana yang berbeda dibanding daerah lain. Karena itu, SOP di sini harus disesuaikan dengan ancaman lokal, seperti gempa akibat sesar Lembang dan potensi erupsi gunung,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi langkah cepat BBPPKS Bandung dan SRMA 14 dalam merancang pedoman serta melibatkan tim siaga bencana sekolah yang sudah menjalani pelatihan dan simulasi lapangan.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Sunarti, Pekerja Sosial Ahli Madya BBPPKS Bandung, yang juga menjadi PIC kegiatan, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi dengan BNPB, BMKG, dan kementerian terkait. Sebelum simulasi dilaksanakan, penyusunan SOP telah dilakukan pada 28–30 September 2025, dan hasilnya kini diuji coba di lapangan.
“Kegiatan ini juga memberi ruang bagi pekerja sosial untuk melaksanakan praktik layanan sosial di tataran indirect service, sambil mendukung kesiapsiagaan sekolah-sekolah dalam menghadapi bencana,” kata Sunarti.
Simulasi di Lembang melibatkan serangkaian skenario nyata — mulai dari latihan evakuasi korban, simulasi pemadaman kebakaran oleh Damkar, evakuasi oleh Basarnas, hingga layanan dapur umum dan dukungan psikososial bagi korban pasca bencana.
Kepala SRMA 14 Bandung Barat, Arman Tirtajaya, menyebutkan bahwa seluruh siswa dan guru telah mendapat edukasi awal tentang mitigasi bencana.
“Sebelumnya kami ajak siswa ke Museum Geologi untuk belajar tentang patahan Lembang dan jenis bencana lain. Jadi ketika simulasi dilakukan, mereka sudah siap secara pengetahuan,” ujar Arman.
Melalui kegiatan ini, BBPPKS Bandung berharap konsep Sekolah Rakyat Aman Bencana bisa menjadi model yang diterapkan di wilayah lain di Indonesia, khususnya di daerah rawan bencana.
“Kesiapsiagaan tidak bisa dibangun dalam sehari. Tapi melalui edukasi dan latihan berkelanjutan, kita bisa melahirkan generasi muda yang tangguh dan paham risiko bencana,” tutup Iyan Kusmadiana. (*)
| Pewarta | : Djarot Mediandoko |
| Editor | : Faizal R Arief |