TIMES BANDUNG, BANDUNG – PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 (Daop 2) Bandung kembali menjalankan komitmennya dalam memberikan manfaat nyata kepada masyarakat lewat program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Melalui layanan Rail Clinic, PT KAI menghadirkan fasilitas kesehatan gratis bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur rel di Stasiun Cikadongdong, Desa Puteran, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.
Program ini sekaligus menegaskan peran PT KAI tak hanya sebagai operator transportasi, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial di wilayah yang minim akses terhadap layanan kesehatan.
Rail Clinic: Klinik Berbasis Kereta Api Pertama di Indonesia
Pertama kali diperkenalkan pada Desember 2015, Rail Clinic menjadi klinik kesehatan pertama berbasis kereta api di Indonesia, dan meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Inovasi ini dihadirkan sebagai solusi mobilisasi fasilitas kesehatan ke daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh layanan medis konvensional.
Hingga kini, empat unit Rail Clinic telah beroperasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Rail Clinic bukan sekadar moda transportasi, tetapi kendaraan harapan yang membawa akses layanan kesehatan berkualitas bagi masyarakat yang tinggal jauh dari pusat kota.
Dalam pelaksanaan kegiatan di Bandung Barat kali ini, Rail Clinic Generasi 4 menjadi andalan. Rangkaian kereta terdiri dari empat gerbong yang terbagi menjadi Dua Gerbong Kereta Sehat untuk Pemeriksaan umum dan konsultasi dokter, Layanan kesehatan ibu dan anak, Pemeriksaan dan perawatan gigi, Pemeriksaan mata dan pemberian kacamata dan Laboratorium mini dan apotek
Sedangkan dua Gerbong Rail Library terdiri dari Perpustakaan digital, Ruang edukasi dan literasi, Area baca dan diskusi serta Toilet dan pantry bersih.
Seorang warga saat diperiksa gigi diatas Rail Clinic milik PT. KAI di Stasiun Cikadongdong, Puteran, Cikalong Wetan, Bandung Barat. Rabu (18/6/2025). (Foto: Humas Daop 2 Bandung for TIMES Indonesia)
Seluruh fasilitas ini dilengkapi dengan peralatan medis digital mutakhir, yang memungkinkan pelayanan berlangsung lebih cepat dan akurat. Konsep integrasi layanan kesehatan dan edukasi ini menjadi keunikan Rail Clinic dibanding program sosial lainnya di Indonesia.
Setidaknya 300 warga Desa Puteran dan sekitarnya menerima layanan pengobatan secara gratis. Tak hanya itu, PT KAI juga menyalurkan bantuan sosial dalam bentuk 42 kacamata gratis untuk siswa dan guru SDN Puteran 01, 75 kacamata tambahan untuk warga umum, 5 kursi roda untuk penyandang disabilitas serta Bantuan peralatan olahraga untuk masyarakat lokal.
Program ini disambut antusias oleh warga karena menjadi kesempatan langka untuk memperoleh layanan medis tanpa biaya dan tanpa harus bepergian jauh.
Tak hanya aspek medis, edukasi keselamatan perkeretaapian juga diberikan oleh tim Rail Clinic kepada warga, khususnya tentang bahaya bermain atau melintasi jalur rel secara sembarangan. Sosialisasi kesehatan mata dan gigi pun digelar, menambah nilai dari program ini.
“Rail Clinic hadir tidak hanya untuk pengobatan, tapi juga sebagai ruang pembelajaran tentang keselamatan dan gaya hidup sehat,” ujar Dicky Eka Priandana, Executive Vice President PT KAI Daop 2 Bandung.
Keberhasilan pelaksanaan program ini didukung oleh kolaborasi antara PT KAI dengan berbagai stakeholder, diantaranya Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, UPZ KAI, Jasa Raharja Cabang Utama Jawa Barat, Puskesmas Rendeh, Muspika Kecamatan Cikalong Wetan dan Tokoh masyarakat Desa Puteran.
Menurut Dicky, sinergi lintas sektor inilah yang membuat program Rail Clinic semakin kuat dan berdampak luas. PT KAI berharap kegiatan serupa bisa terus dilakukan secara rutin di wilayah-wilayah lain di sepanjang jalur kereta api.
“Ini bukan hanya pengobatan massal, tapi juga bentuk silaturahmi kami dengan masyarakat yang selama ini menjadi bagian dari kehidupan perkeretaapian,” pungkas Dicky. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Rail Clinic PT KAI, Klinik Berjalan Inovatif Bawa Layanan Kesehatan Gratis ke Warga Pelosok
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Deasy Mayasari |