TIMES BANDUNG, BANDUNG – Assyifa Shandi Gunawan, yang akrab disapa Cipa, adalah sosok muda multitalenta yang berdomisili di Kota Bandung. Di usianya yang ke-22 tahun, ia telah meraih gelar sarjana Desain Interior dari Binus University, menjadikannya seorang fresh graduate yang kini meniti karier sebagai Interior Designer dan Model.
Dara muda ini memiliki hobi melukis. Perjalanan Cipa di dunia pageant telah ia rintis sejak lama, berawal dari ketertarikannya sejak kecil yang didukung penuh oleh orang tuanya. Ia mulai bergabung dengan agensi model dan menjadi Fashion Model pada tahun 2018 setelah lulus SMP.
"Sejak tahun 2018, saya juga pernah menjadi model video klip, dan pada tahun 2020 terpilih sebagai ambassador Emina Cosmetics sekaligus menjadi anggota Gadis Squad (bagian dari Gadis Sampul)," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima TIMES Indonesia, Selasa (4/11/2025).
Perjalanan di dunia pageant mulai serius ketika ia mengikuti Pasanggiri Mojang Jajaka Kota Bandung di tahun 2022, meskipun saat itu ia hanya bertahan hingga tahap semifinalis. Namun, kegagalan tersebut tidak menghentikannya.
Lebih lanjut ia kembali berjuang di tahun 2025 dan berhasil meraih gelar prestisius sebagai Mojang Pinilih Kota Bandung 2025. Selain pencapaian pageant-nya, ia juga merupakan penerima beasiswa unggulan sebagai mahasiswi berprestasi.
Jejak Prestasi dan Pengalaman Karier
Cipa memiliki rekam jejak yang mengesankan, baik di bidang akademik maupun profesional. Di kancah akademik, ia menorehkan prestasi dengan menerbitkan jurnal berjudul Interior Design of a Mental Rehabilitation Center with The Ayurvedic Approach di The 9th International Conference on Eco Engineering Development (ICEED 2025).
Dalam hal ini dia juga diakui kampusnya dengan meraih gelar Best Portfolio untuk mata kuliah Portfolio Development pada tahun 2024 dan Best Design untuk mata kuliah Interior Design Technology and Studio Office di tahun 2023.
Momen Assyifa Shandi Gunawan raih mahkota pinilih di acara grand final Mojang Jajaka Kota Bandung 2025. (FOTO: Cipa for TIMES Indonesia)
Kemudian di dunia profesional, pengalamannya cukup beragam. Ia pernah menjalani Interior Design Intern di perusahaan multinasional ternama, Hirsch Bedner Associates (HBA), pada tahun 2024.
Sebelumnya pada tahun 2023, ia juga berperan sebagai Interior Designer untuk proyek Golden Barber di Karawaci. Selain itu, ia juga aktif sebagai Podcaster dari podcast school. Semua pengalaman ini menjadi modal kuat dalam mengusung advokasinya di Bandung.
Advokasi: Menghidupkan Warisan Budaya
Sebagai Mojang Pinilih Kota Bandung 2025, pemilik akun media sosial Instagram @syifashgwn kini berfokus pada advokasi yang bertujuan menghidupkan eksistensi bangunan cagar budaya dan ikon sejarah di Kota Bandung.
Ia menyatakan bahwa advokasi ini bertujuan mendorong pelestarian dan pemanfaatan kembali bangunan bersejarah, sehingga warisan tersebut tidak hanya diam sebagai saksi bisu masa lalu. Sebaliknya, ia berharap bangunan-bangunan itu dapat memiliki nilai guna dan daya tarik yang relevan di masa kini.
"Dengan menghidupkan kembali potensi bangunan cagar budaya serta memperkenalkan kisah dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya," ujarnya, ia sangat berharap kepada masyarakat termasuk wisatawan lokal dan mancanegara, dapat lebih menghargai dan mengeksplorasi kekayaan sejarah Bandung.
Dirinya meyakini bahwa upaya ini sangat penting untuk menciptakan keseimbangan antara pelestarian budaya dan pengembangan sektor pariwisata. Cipa ingin Bandung dikenal, bukan hanya sebagai kota kreatif, tetapi juga sebagai kota yang bangga memelihara identitas sejarahnya.
Peluang, Tantangan, dan Gerakan Bersama
Berbekal latar belakang Desain Interior, Cipa melihat peluang besar untuk menjalankan advokasi ini, terutama karena ia memiliki bekal pengetahuan tentang bangunan cagar budaya dan nilai kebudayaan Kota Bandung.
Untuk menjangkau generasi muda, ia berencana berkolaborasi dengan komunitas kreatif dan himpunan Desain Interior di Bandung, salah satunya melalui kegiatan Sketch Day yang pernah ia panitiai pada tahun 2022.
Meski demikian, Cipa mengakui adanya tantangan utama, yaitu masih minimnya kesadaran anak muda terhadap pentingnya pelestarian bangunan tua. Namun, ia melihat tantangan ini sekaligus menjadi peluang. Ia mencontohkan, "Kawasan cagar budaya seperti Braga kini berkembang menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi anak muda."
Antusiasme ini menurut pandangannya, dapat dimanfaatkan sebagai jembatan untuk menumbuhkan ketertarikan mereka terhadap sejarah. Ia percaya, "Dengan memanfaatkan momentum ini dan mengemas pelestarian budaya melalui pendekatan kreatif," cagar budaya akan semakin dikenal dan menjadi bagian dari perjalanan generasi muda.
Lebih jauh Cipa juga menegaskan perihal pentingnya dukungan dalam perjalanannya. Ia bersyukur bahwa ia tidak berjalan sendirian, karena orang tua selalu memberikan dukungan penuh.
"Teman-teman pun menjadi sumber energi positif," tambahnya, yang selalu hadir untuk berdiskusi dan membantu berbagai kegiatan. Selain itu, dukungan dari komunitas, senior, dan lingkungan sekitar juga sangat berarti, yang membuka ruang kolaborasi.
"Berkat kolaborasi inilah, saya semakin yakin bahwa pelestarian cagar budaya merupakan sebuah gerakan bersama untuk membawa perubahan nyata bagi Kota Bandung," ungkapnya menambahkan.
Harapan dan Ajakan
Menutup perjalanannya, Cipa menyampaikan pesan yang kuat. Ia percaya bahwa setiap bangunan bersejarah di Bandung menyimpan kisah yang harus dijaga. Karena itu, ia mengajak generasi muda untuk tidak hanya melihatnya sebagai struktur tua, tetapi sebagai warisan yang membentuk identitas hari ini.
"Mari melangkah bersama, mengenal lebih dekat warisan budaya kita, dan menjaga agar keindahan serta ceritanya tetap hidup untuk anak cucu kelak," ajaknya. Ia menekankan bahwa pelestarian bukan hanya tentang masa lalu, melainkan tentang masa depan yang harus dibangun bersama. (*)
| Pewarta | : Wandi Ruswannur |
| Editor | : Faizal R Arief |